1.
DEFINISI
DISKALKULIA
Secara umum, definisi
diskalkulia adalah gangguan kemampuan berhitung yang mengarah pada bidang studi
matematika. Namun, lebih spesifik lagi bahwa diskalkulia merupakan gangguan pada kemampuan kalkulasi secara
sistematis yang dibagi menjadi bentuk kesulitan berhitung dan kesulitan
kalkulasi. Kesulitan belajar matematika yang sering disebut diskalkulia atau
“dyscalculis” (Lerner, 1998) memiliki konotasi medis yang memandang adanya
keterkaitan dengan gangguan sistem saraf pusat. Biasanya anak tidak memahami
proses matematis, ditandai dengan adanya kesulitan mengerjakan tugas yang
melibatkan angka atau simbol matematis. Diskalkulia juga dikenal dengan istilah
“math difficulty” sebab menyangkut gangguan pada kemampuan kalkulasi secara
matematis. Kesulitan ini dapat dilihat secara kuantitatif yang terbagi menjadi
bentuk kesulitan berhitung (counting) dan kalkulasi (calculating). Anak yang
bersangkutan akan menunjukkan kesulitan dalam pemahaman konsep atau serangkaian
proses matematis. Sebagian besar, anak yang mengalami diskalkulia mempunyai
kesulitan tersendiri dalam proses visual. Dibeberapa kasus, pada pemrosesan dan
pengurutan konsep matematika memerlukan seperangkat prosedur yang harus diikuti
dalam pola yang berurutan, hal ini juga berkaitan dengan kurangnya memori
(memory deficits) anak diskalkulia, sehingga mereka mengalami kesulitan urutan
operasi yang harus diikuti untuk memecahkan soal-soal matematika.
2.
PENYEBAB
DISKALKULIA
Diskalkulia disebabkan
oleh beberapa faktor yang terdapat pada diri individu anak. Adapun
faktor-faktor penyebab anak mengalami diskalkulia, antara lain :
a. Penyebab
diskalkulia dikarenakan adanya kelainan pada otak anak, terutama dibagian
penghubung antara bagian pariental dan temporal otak. Anak diskalkulia pada
umumnya dapat mengikuti pelajaran yang hanya memerlukan hafalan dan logika,
seperti biologi atau bahasa akan tetapi lemah dalam hal konsep berhitung. Pada
mata pelajaran matematika, membutuhkan prosedur penyelesaian yang berurutan sesuai
pola-pola tertentu, namun anak diskalkulia mengalami kesulitan untuk mengikuti
prosedur tersebut. Hal ini tidak menutup kemungkinan anak akan menjadi fobia
terhadap matematika, sehingga muncullah keyakinan bahwa dia tidak dapat
menguasai matematika dengan baik.
b. Adanya
kelemahan proses penglihatan atau visualisasi dan gangguan spasial (kemampuan
memahami bangun ruang), sehingga berdampak anak sulit fokus saat menerima
pelajaran terutama dibidang matematika.
3.
KARAKTERISTIK
DISKALKULIA
Karakteristik atau ciri
anak yang mengalami diskalkulia beragam bentuknya. Berikut ini merupakan
karakteristik anak diskalkulia, diantaranya :
- Biasanya anak tidak memahami proses matematis, yang ditandai dengan kesulitan mengerjakan tugas yang melibatkan angka atau simbol matematis.
- Anak kesulitan dalam menggunakan konsep waktu. Seorang anak bingung mengurutkan masa lampau dan masa sekarang.
- Kurangnya pemahaman anak tentang nilai tempat, seperti satuan, puluhan, ratusan, dan seterusnya.
- Anak sulit untuk memfokuskan diri khususnya pada matapelajaran matematika. Akan tetapi memiliki kemampuan berbahasa yang normal (baik verbal, membaca, menulis maupun mengingat kalimat tertulis sebelumnya).
- Anak mengalami kesulitan dalam aktivitas olahraga karena bingung mengikuti aturan permainan yang berhubungan dengan sistem skor.
- Memberikan jawaban yang berubah-ubah (inkonsisten) saat diberikan pertanyaan seputar penjumlahan, pengurangan, perkalian dan pembagian.
- Anak sulit melakukan hitungan matematis dalam kehidupan sehari-hari, misalnya dia sulit menghitung transaksi (berbelanja) termasuk menghitung uang kembalian. Seringkali anak tersebut menjadi takut memegang uang, menghindari transaksi, maupun kegiatan yang harus melibatkan penggunaan uang.
- Selain lemah pada kemampuan matematika, anak diskalkulia juga sulit memahami not-not angka dalam pelajaran musik yang menyebabkan anak kesulitan memainkan alat musik.
4.
REKOMENDASI
PENDAMPINGAN
Solusi yang digunakan dalam rangka
mendampingi atau membimbing anak diskalkulia beragam caranya. Dibawah ini
adalah beberapa kegiatan yang dapat dilakukan untuk mendampingi anak
diskalkulia, antara lain :
- Melatih anak secara bertahap untuk memahami dan menguasai simbol angka dan simbol operasi perhitungan matematika.
- Membantu anak memahami soal cerita pada konsep matematika dengan cara menghadirkan benda-benda yang disebutkan dalam soal secara visual.
- Melatih anak untuk mengerti dan menguasai konsep nilai pada uang. Hal ini dapat dilakukan dengan berlatih berbelanja sendiri mulai dari sejumlah barang yang sedikit sampai dengan yang cukup banyak.
- Anak dilatih untuk melakukan ordering (mengurutkan) dan seriasi pada suatu obyek. Misalnya mengurutkan bilangan dari yang terkecil sampai terbesar.
- Melatih korespondensi pada anak. Korespondensi adalah keterampilan memahami jumlah satu set obyek pada suatu tempat adalah sama banyaknya dengan satu set obyek pada tempat lain tanpa menghiraukan karakteristik obyek tersebut. Misalnya, menghubungkan gambar 5 buah mangga dengan lambang bilangan 5.
- Matematika dapat digunakan dalam aplikasi kegiatan sahari-hari. Misalnya, anak diajak untuk menghitung jumlah kursi yang ada di meja makan, menghitung jumlah pensil yang ada di kotak pensil, dan lain sebagainya.
- Memberikan pujian ketika anak sudah menunjukkan kemajuan dalam memahami konsep matematika, namun jangan terlalu menekan anak untuk pandai berhitung.
- Memperbanyak contoh-contoh konkret dalam memberikan pemahaman pada konsep yang abstrak, misalnya dengan menghadirkan alat peraga yang mempermudah anak untuk mulai mempelajarinya. Sebab dengan adanya bantuan alat peraga (benda konkret), berfungsi untuk membantu anak dalam pemahamannya akan konsep abstrak yang belum bisa dikuasai. Tentu hal ini merupakan strategi untuk melatih visualisasi anak yang perlu mendapat perhatian.
5.
PROBABILITAS
DISKALKULIA
Anak yang mengalami diskalkulia
diperkirakan ± 5 % adalah anak usia sekolah. Anak perempuan memiliki
kecenderungan lebih besar mengalami diskalkulia dibandingkan anak laki-laki. Anak
usia 4-5 tahun biasanya belum diwajibkan mengenal konsep jumlah yang melibatkan
pengurutan proses yang kompleks, namun hanya dikenalkan konsep hitungan
sederhana. Anak yang berusia 6 tahun keatas umumnya sudah mulai dikenalkan
konsep jumlah yang menggunakan simbol operasi penambahan (+) dan pengurangan
(-). Apabila pada usia 6 tahun anak
sulit mengenali dan memahami konsep jumlah, maka kemungkinan nantinya dia akan
mengalami kesulitan kemampuan pada berhitung. Berdasarkan penelitian, anak yang
mengalami diskalkulia kebanyakan terdeteksi pada saat berada di kelas 2 dan 3
SD (usia 6-8 tahun). Jika dilihat dari segi angka kelahiran, diskalkulia hanya
dialami berkisar antara 1-2 anak dari 100 kelahiran.
Ø Sumber Referensi
- Maria, Julia Van Tiel. 2007. Anakku Terlambat Bicara. Jakarta : Prenada.
- Djokosetio, Sidiarto Lily. 2007. Perkembangan Otak dan Kesulitan Belajar Pada Anak. Jakarta : Universitas Indonesia.
- Mulyono, Abdurrahman. 2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta : Rineka Cipta.
bg kalau ada no wa?
BalasHapusPlay Free Slots for Real Money - MapYRO
BalasHapusPlay Slots for 성남 출장마사지 Fun. Play Online Slots 여수 출장샵 for Real 상주 출장마사지 Money. Game Description. Welcome to Mapyro, the online 안산 출장샵 casino and free 통영 출장마사지 slots site. · Bonus.